Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Featured post

Jathilan dan Corona yang Menghambat Akan Semuanya. (Tribute to FSTVLST)

          Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :)     Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari.     FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY

Peran kita adalah Manusia, Bukan Binatang.

Hidup? Untuk apa kita hidup? Untuk makan saja? Untuk tidur? Untuk kerja? Untuk apa? Kupikir kita jarang menanyakan hal tersebut. Hal yang seharusnya kita pahami betul, bukan hanya sekedar memantul dipikiran dan memuai begitu saja. Hidup? Hiduplah yang benar-benar hidup, menjadi manusia yang menghidupi perannya, menjadi manusia yang menghidupi apa yang harusnya dilakukan. Lantas apa yang harus dilakukan? Hanya satu sebenarnya. Hiduplah untuk menghidupkan peranmu dalam menjalankan hidupmu, kata pepatah jawa, “Urip kudu Urup”. Yah, hanya itu sebenarnya. Kita memerankan peran manusia yang sebaik mungkin dan bisa memanusiakan manusia. Atau lebih gampangnya, kita harus memberikan manfaat di dalam hidup yang kita jalani. Peran yang kita jalankan hendaknya memberikan efek yang baik dan memberikan getaran positif pada orang-orang disekitar kita. Bukan menjadi manusia yang terlalu menjiwai dunia, sehingga lupa akan perannya. Lupa kalau kita ini adalah mahluk paling berakal

Bumi ini jangan kau sakiti lagi, Tapi tolong Kau Sayangi Lebih Lagi

Apa yang kamu pikirkan temanku saat mendengar kata "Bumi"? apakah kamu berpikir itu adalah planet yang bernama bumi, tidak perlu aku pikirkan karena akan berputar sesuai kehendak-Nya? atau sebaliknya? kau merasa lebih dari planet ciptaan-Nya yang kau pijak dan kau tinggali? terkadang hidup terlalu memusingkanmu sehingga lupa jika alam yang kau tinggali adalah alam yang bisa berbicara? Bumi, kini sekarang memang menjadi suatu ironi, jika dilihat dari apa yang kita berikan padanya, pada bumi yang kita tinggali. kita berharap bumi memberikan air yang bersih, tanah yang subur, udara yang sejuk, dan harapan indah lainnya. akan tetapi, kita selalu memberikan suatu yang tak berkenan untuk alam kita ini. bungkus permen misalnya, bumi tak perlu bungkus permen, apalagi isinya, bungus itu hanya akan menjadi "panu" yang akan melekat sampai nanti, beratus-ratus tahun lamanya. isi permen? bumi ini juga tak perlu sobatku, karna itu semua ya berasal dari bumi ini.

Jatuh dalam Hidup Bukan Alasan Untuk Runtuh, Tapi Justru lebih Tangguh!

Jatuh memang sakit dikala kaki sedang baru belajar tumbuh. Akan tetapi, kapan kamu akan belajar berjalan jika kau sudah takut akan jatuh, jatuh memang sakit, akan tetapi apa artinya sakit jika kita akan merasa lebih kuat jika nanti berhasil berdiri? Memang sih, jatuh akan menimbulkan luka. Maka dari itu ingatlah luka itu, supaya kamu jangan bodoh untuk membuat luka yang sama. Apa lagi di tempat yang sama, itu bodoh sekali namanya. Luka yang ada memang bisa mengering dan sirna, tapi bekasnya akan ada pada diri kita, apa lagi ingatan kita, kita ini bukan koi yang ingat cuma tiga detik saja, kita adalah manusia yang ingatanya ber-tera-tera, jadi sebisalah kau jangan sampai terjatuh kepada hal yang sama, apa lagi membuat luka di tempat yang sama, kuingatkan, itu bodoh sekali namanya. Bodoh . Jangan jatuh ke dalam hal buruk yang sama pada setiap periode yang tertata, itu tolol namanya. Kuingatkan lagi, itu tolol namanya. Memang sih dalam godaannya, hal buruk itu membutak

Untukmu Saudaraku Sebangsa Indonesia, Politik Bukan Agama Kita

Apa kabar saudaraku? Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja dan selalu dalam sertaan-Nya. Saudaraku yang baik, apakah akhir-akhir ini kau merasa terganggu oleh karena aku yang mungkin tak sepaham? Apakah kau mengganggapku sebagai pengkhianat? Apakah kau merasa aku bukan saudara sebangsamu lagi? Baiklah saudaraku, mari kita duduk sejenak dan berbicara. Indonesia adalah negara besar saudaraku, jangan kau mengganggap hanya sebesar RT dan RW yang kau tempati, atau sejangkauan media sosial yang kau hinggapi. Indonesia ini luas saudaraku, banyak orang yang ada di bumi Indonesia ini, banyak macam orang, kebudayaan, ras, suku, dan agama yang mungkin berbeda dan mungkin asing bagimu. Jangan kau menjadikan kepercayaanmu terlalu kuat, bahkan terlampau erat, sehingga kau mengajak semua orang untuk sepaham dan senada dengan warnamu. Ini bukan soal aku yang benar dan aku yang salah, tetapi soal bagaimana kau hidup bak orang yang percaya akan adanya kepercayaan, yaitu agama. Ind

Untukmu wahai orang tuaku yang selalu setia mendoakanku

Kepada kedua malaikat tanpa sayap, Bapak dan Ibu yang kutinggalkan untuk sementara. Riuh suaraku yang tidak ada lagi jangan kau rindukan karena ini hanya untuk sementara. Selama aku menapak kaki mencari ilmu, sejenak relakan aku untuk pergi karena ini adalah masaku untuk melangkah. Untuk menjadi seseorang yang lebih berarti dan menjadi orang yang seperti kau harapkan nantinya. Kamar kosong yang kini tertata rapi, biarkanlah. Jangan kau khawatirkan jalan yang panjang yang aku akan tempuh, jalan itu adalah jalan untukku berproses  mendewasakan diri. Lika-liku yang akan kulalui tanjakan yang akan ku naikki dan turunan yang akan ku nikmati. Aku percaya semua itu bisa kulalui. Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan jalan yang tak mampu ku lalui, karena aku tercipta dengan kapasitas yang telah Dia tentukan. Jalan tidak selalu rata dan langit tidak selalu biru tapi aku percaya aku bisa melalui itu karena nasehatmu untuk aku agar berjalan dengan tidak meninggalkan Tuha