Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :) Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari. FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY
Apa yang kamu pikirkan temanku saat mendengar kata "Bumi"? apakah
kamu berpikir itu adalah planet yang bernama bumi, tidak perlu aku
pikirkan karena akan berputar sesuai kehendak-Nya? atau sebaliknya? kau
merasa lebih dari planet ciptaan-Nya yang kau pijak dan kau tinggali?
terkadang hidup terlalu memusingkanmu sehingga lupa jika alam yang kau
tinggali adalah alam yang bisa berbicara?
Bumi, kini sekarang memang menjadi suatu ironi, jika dilihat dari apa yang kita berikan padanya, pada bumi yang kita tinggali. kita berharap bumi memberikan air yang bersih, tanah yang subur, udara yang sejuk, dan harapan indah lainnya. akan tetapi, kita selalu memberikan suatu yang tak berkenan untuk alam kita ini. bungkus permen misalnya, bumi tak perlu bungkus permen, apalagi isinya, bungus itu hanya akan menjadi "panu" yang akan melekat sampai nanti, beratus-ratus tahun lamanya. isi permen? bumi ini juga tak perlu sobatku, karna itu semua ya berasal dari bumi ini. bumi hanya perlu kau rawat, tak lebih dari itu.
bumi sudah memberikan segalanya, bahkan bumi ini "diperkosa" oleh mereka yang hanya memikirkan nominal yang bisa diraup dari bumi. tetapi, apakah nominal itu juga disisihkan sedikit untuk merawat bumi ini? apakah setelah diperas oleh mereka yang berkepentingan, mereka juga memberikan yang sepadan agar bumi ini mampu bertahan? kurasa tidak teman, kurasa bumi ini semakin hari semakin rapuh teman. semakin menua pula bumi ini, seharusnya semakin kita manjakan, bukan semakin kita paksakan.
kita berlomba-lomba kau menaiki gunungya, berpacu riuh kau menjelajah bawah lautnya, kau tuliskan pesan kepada orang tersayang demikian " hey cantik, kapan kamu kesini? Bumi ini luas" mengajak agar dia mau berkunjung ke bagian bumi itu denganmu dan kau sampaikan dengan secarik kertas, kau foto dan kau berikan padanya, akan tetapi kenapa kau lupa? kau lupa kalau untuk menyimpan kertasmu itu untuk kenangan, dan lantas kau buang sembarangan, ironi memang.
bumi ini terkadang merintih kesakitan, tapi hanya diam, akan tetapi saat dia sudah muak, atas kehendak Yang Maha Kuasa, bumi ini di suruh Batuk dan mengeluarkan "Riak Batuk" yang berupa Lahar panas, atau kadang dia juga "Berdansa" yang berupa gempa untuk menhilangkan penat, setelah dia dicumbu oleh alat berat yang memaksanya menampakkan batuan yang bernilai jutaan. apakah kau menyadari itu kawanku?
satu pesanku untukmu teman, untuk hari ini dan seterusnya, kumohon teman, kumohon dengan segenap hati, jangan kau lukai alam kita ini dengan hal yang kecil maupun besar, seperti bungkus permen yang kau buang, hendaknya kau buang saja di tempat yang disediakan. jangan hanya bisa menelan manis permen yang kau makan, tapi juga memikirkan bumi yang telah menyediakan.
Bumi, kini sekarang memang menjadi suatu ironi, jika dilihat dari apa yang kita berikan padanya, pada bumi yang kita tinggali. kita berharap bumi memberikan air yang bersih, tanah yang subur, udara yang sejuk, dan harapan indah lainnya. akan tetapi, kita selalu memberikan suatu yang tak berkenan untuk alam kita ini. bungkus permen misalnya, bumi tak perlu bungkus permen, apalagi isinya, bungus itu hanya akan menjadi "panu" yang akan melekat sampai nanti, beratus-ratus tahun lamanya. isi permen? bumi ini juga tak perlu sobatku, karna itu semua ya berasal dari bumi ini. bumi hanya perlu kau rawat, tak lebih dari itu.
bumi sudah memberikan segalanya, bahkan bumi ini "diperkosa" oleh mereka yang hanya memikirkan nominal yang bisa diraup dari bumi. tetapi, apakah nominal itu juga disisihkan sedikit untuk merawat bumi ini? apakah setelah diperas oleh mereka yang berkepentingan, mereka juga memberikan yang sepadan agar bumi ini mampu bertahan? kurasa tidak teman, kurasa bumi ini semakin hari semakin rapuh teman. semakin menua pula bumi ini, seharusnya semakin kita manjakan, bukan semakin kita paksakan.
Temanku,
oleh karna itu, kukatakan satu hal kepadamu, jangan kau memberikan
"panu-panu" ke bumi ini setiap hari, bantulah dia agar mampu bertahan
untuk mereka nanti, agar bisa menikmati manisnya alam ini, bukan hanya
pahit yang semakin hari semakin menjadi.
kita berlomba-lomba kau menaiki gunungya, berpacu riuh kau menjelajah bawah lautnya, kau tuliskan pesan kepada orang tersayang demikian " hey cantik, kapan kamu kesini? Bumi ini luas" mengajak agar dia mau berkunjung ke bagian bumi itu denganmu dan kau sampaikan dengan secarik kertas, kau foto dan kau berikan padanya, akan tetapi kenapa kau lupa? kau lupa kalau untuk menyimpan kertasmu itu untuk kenangan, dan lantas kau buang sembarangan, ironi memang.
bumi ini terkadang merintih kesakitan, tapi hanya diam, akan tetapi saat dia sudah muak, atas kehendak Yang Maha Kuasa, bumi ini di suruh Batuk dan mengeluarkan "Riak Batuk" yang berupa Lahar panas, atau kadang dia juga "Berdansa" yang berupa gempa untuk menhilangkan penat, setelah dia dicumbu oleh alat berat yang memaksanya menampakkan batuan yang bernilai jutaan. apakah kau menyadari itu kawanku?
apakah kau menyadari itu? kadang kita hanya berpikir itu semua
sebagai bencana yang datang tahunan, tapi apakah kau tak menyadari itu
adalah teguran agar kita sedikit meluangkan waktu, tenaga, dan sikap
untuk merawat bumi ini? semoga saja iya temanku. semoga.
satu pesanku untukmu teman, untuk hari ini dan seterusnya, kumohon teman, kumohon dengan segenap hati, jangan kau lukai alam kita ini dengan hal yang kecil maupun besar, seperti bungkus permen yang kau buang, hendaknya kau buang saja di tempat yang disediakan. jangan hanya bisa menelan manis permen yang kau makan, tapi juga memikirkan bumi yang telah menyediakan.
Komentar
Posting Komentar