Langsung ke konten utama

Featured post

Jathilan dan Corona yang Menghambat Akan Semuanya. (Tribute to FSTVLST)

          Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :)     Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari.     FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY

Peran kita adalah Manusia, Bukan Binatang.

Hidup?
Untuk apa kita hidup? Untuk makan saja? Untuk tidur? Untuk kerja? Untuk apa? Kupikir kita jarang menanyakan hal tersebut. Hal yang seharusnya kita pahami betul, bukan hanya sekedar memantul dipikiran dan memuai begitu saja.
Hidup?
Hiduplah yang benar-benar hidup, menjadi manusia yang menghidupi perannya, menjadi manusia yang menghidupi apa yang harusnya dilakukan.
Lantas apa yang harus dilakukan?
Hanya satu sebenarnya. Hiduplah untuk menghidupkan peranmu dalam menjalankan hidupmu, kata pepatah jawa, “Urip kudu Urup”. Yah, hanya itu sebenarnya. Kita memerankan peran manusia yang sebaik mungkin dan bisa memanusiakan manusia. Atau lebih gampangnya, kita harus memberikan manfaat di dalam hidup yang kita jalani. Peran yang kita jalankan hendaknya memberikan efek yang baik dan memberikan getaran positif pada orang-orang disekitar kita.
Bukan menjadi manusia yang terlalu menjiwai dunia, sehingga lupa akan perannya. Lupa kalau kita ini adalah mahluk paling berakal budi yang diciptakan. Tujuannya? Tujuannya adalah agar dunia ini tidak penuh karut marutnya. Yang seharusnya ia berperan menjadi manusia, tapi malah memerankan binatang, yah binatang, yang berperan hanya Makan, tidur, dan meniduri, serta embel-embel “aku pemilik daerah kekuasaan” sebagai penyempurna hidup, agar lebih dipandang besar dan dipandang pemegang pasar.
Kita ini bukan Binatang, kita ini bukan mahluk yang tak berakal, yang memikirkan apa yang jadi keinginannya. Ya kalau baik? Kalau keinginannya membuat hal yang tak baik? Mampus lah orang disekitarnya. Biasanya orang yang memerankan binatang adalah dia yang memiliki kuasa, harta, dan wanita yang berlimpah senghinga lupa kalau itu harusnya digunakan untuk memberikan manfaat untuk sekitarnya. Jika singa saja mampu memberikan rasa aman bagi daerah kekuannya. Kenapa yang berkuasa lupa akan perannya? Padahal lebih berakal lho. Lebih bisa berfikir seharusnya. Tapi kenyataannya banyak yang memilih untuk memerankan binatang akhirnya.
Hebat dalam segala hal, tapi di sekitar hanya menjadi sampah yang tak berguna? kaya raya tapi daun pohonnya jatuh di halaman tetangganya saja, di punggut dan tetangganya dituntut? Kuharap anda yang membaca bukan orang yang mengambil peran itu.
Dan satu pesan terakhir yang kuharap juga menjadi prinsipmu atau setidaknya kau melakukannya dalam menghidupkan hidupmu
Hiduplah  yang lebih baik dari hari kemarin
Dan ulangi untuk hari selanjutnya, dan selanjutnya, dan sampai mati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jatuh dalam Hidup Bukan Alasan Untuk Runtuh, Tapi Justru lebih Tangguh!

Jatuh memang sakit dikala kaki sedang baru belajar tumbuh. Akan tetapi, kapan kamu akan belajar berjalan jika kau sudah takut akan jatuh, jatuh memang sakit, akan tetapi apa artinya sakit jika kita akan merasa lebih kuat jika nanti berhasil berdiri? Memang sih, jatuh akan menimbulkan luka. Maka dari itu ingatlah luka itu, supaya kamu jangan bodoh untuk membuat luka yang sama. Apa lagi di tempat yang sama, itu bodoh sekali namanya. Luka yang ada memang bisa mengering dan sirna, tapi bekasnya akan ada pada diri kita, apa lagi ingatan kita, kita ini bukan koi yang ingat cuma tiga detik saja, kita adalah manusia yang ingatanya ber-tera-tera, jadi sebisalah kau jangan sampai terjatuh kepada hal yang sama, apa lagi membuat luka di tempat yang sama, kuingatkan, itu bodoh sekali namanya. Bodoh . Jangan jatuh ke dalam hal buruk yang sama pada setiap periode yang tertata, itu tolol namanya. Kuingatkan lagi, itu tolol namanya. Memang sih dalam godaannya, hal buruk itu membutak

Jathilan dan Corona yang Menghambat Akan Semuanya. (Tribute to FSTVLST)

          Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :)     Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari.     FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY

untuk kalian, calon orang tua generasi milenial

Generasi Milenial, Generasi Micin, Generasi soak, atau apalah sebutannya, kalian yang mendefinisikan, generasi yang kalian anggap sebagai generasi yang tak kuat, tak mampunan, dan tak se-emas generasi kalian, memang sih pada kenyataannya bisa jadi demikian, tapi itu semua tergantung dari pola asuh kalian, pola kalian mendidik anak kalian mau jadi seperti apa. apa yang akan dihadapi oleh mereka adalah suatu hal yang sangat ngeri, bumu yang bisa dibilang akan hancur, persaingan yang ketat, dan tuntutan yang semakin tinggi, itu semua akan dihadapi oleh anak kalian kelak, jika sudah tumbuh dewasa, dan bekerja. untuk kalian, aku harap ajarkanlah anak kalian untuk menekuni apa yang dia suka, apa yang dia inginkan, apa yang dia mau, tentu saja itu semua dalam konteks hal yang baik ya, jangan sampai anak anda ingin jadi perampok malah kalian dukung, ehehehe dukunglah apa yang diinginkan anak anda sebgaimana mestinya, kata kerennya lah passion , kenapa? karna kalau anda tidak menduku