Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :) Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari. FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY
Kepada kedua malaikat tanpa sayap, Bapak dan Ibu yang kutinggalkan
untuk sementara. Riuh suaraku yang tidak ada lagi jangan kau rindukan
karena ini hanya untuk sementara. Selama aku menapak kaki mencari ilmu,
sejenak relakan aku untuk pergi karena ini adalah masaku untuk
melangkah. Untuk menjadi seseorang yang lebih berarti dan menjadi orang
yang seperti kau harapkan nantinya. Kamar kosong yang kini tertata rapi,
biarkanlah.
Jangan kau khawatirkan jalan yang panjang yang aku akan tempuh, jalan itu adalah jalan untukku berproses mendewasakan diri. Lika-liku yang akan kulalui tanjakan yang akan ku naikki dan turunan yang akan ku nikmati. Aku percaya semua itu bisa kulalui. Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan jalan yang tak mampu ku lalui, karena aku tercipta dengan kapasitas yang telah Dia tentukan.
Jalan tidak selalu rata dan langit tidak selalu biru tapi aku percaya aku bisa melalui itu karena nasehatmu untuk aku agar berjalan dengan tidak meninggalkan Tuhan.
Bapak, Ibu... Ku langkahkan kakiku menuju kota yang asing bagiku, kota yang penuh dengan tanda tanya dan ketidakpastian. Doakan aku agar bisa bertahan dari godaan dunia yang "Nikmat hanya sesaat". Aku ingin kembali kepadamu dengan senyuman dan harapan bahwa masa depanku akan secerah senyummu dikala aku dilahirkan.
Maafkan anakmu jikalau nanti tersendu meminta dukunganmu di kala aku terjatuh karena hal yang tak terduga, karena cinta, masalah dengan teman sebaya atau karena suatu hal yang belum terpikirkan. Aku manusia biasa Pak, Bu. Akan ada saatnya aku akan mengalami itu. Akan tetapi akan kucoba kuatkan diri dalam menjalani hari-hari dengan nasihat dan wejanganmu agar sakit yang kuterima tidak sedalam palung laut.
Maafkan anakmu wahai Bapak dan Ibu, jika nanti aku memintamu untuk mengirimkan selembar, dua lembar rupiah dengan nominal yang terbilang, karena saat ini aku masih merengek meminta untuk itu. Sekali lagi maafkan aku, aku tau karena kau harus memeras keringat untuk mendapatkan itu, akan tetapi aku minta dengan begitu saja, dan kau harus merelakannya. Aku berjanji akan kugunakan sebaik mungkin agar keringatmu yang kau curcurkan tidak sia-sia.
Tunggulah aku beberapa saat lagi aku dan kalian akan tersenyum dengan memakai baju hitam bertopi segi lima. Doakan aku lancar dan cepat meraihnya. Terlebih lagi untuk nanti aku mohon doamu untuk sekali lagi karena hidupku yang akan kulanjutkan ke masa yang kata orang adalah kehidupan nyata.
Kepada Bapak dan Ibu, dengan setulus hati, Ananda meminta restu...
Jangan kau khawatirkan jalan yang panjang yang aku akan tempuh, jalan itu adalah jalan untukku berproses mendewasakan diri. Lika-liku yang akan kulalui tanjakan yang akan ku naikki dan turunan yang akan ku nikmati. Aku percaya semua itu bisa kulalui. Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan jalan yang tak mampu ku lalui, karena aku tercipta dengan kapasitas yang telah Dia tentukan.
Jalan tidak selalu rata dan langit tidak selalu biru tapi aku percaya aku bisa melalui itu karena nasehatmu untuk aku agar berjalan dengan tidak meninggalkan Tuhan.
Bapak, Ibu... Ku langkahkan kakiku menuju kota yang asing bagiku, kota yang penuh dengan tanda tanya dan ketidakpastian. Doakan aku agar bisa bertahan dari godaan dunia yang "Nikmat hanya sesaat". Aku ingin kembali kepadamu dengan senyuman dan harapan bahwa masa depanku akan secerah senyummu dikala aku dilahirkan.
Maafkan anakmu jikalau nanti tersendu meminta dukunganmu di kala aku terjatuh karena hal yang tak terduga, karena cinta, masalah dengan teman sebaya atau karena suatu hal yang belum terpikirkan. Aku manusia biasa Pak, Bu. Akan ada saatnya aku akan mengalami itu. Akan tetapi akan kucoba kuatkan diri dalam menjalani hari-hari dengan nasihat dan wejanganmu agar sakit yang kuterima tidak sedalam palung laut.
Maafkan anakmu wahai Bapak dan Ibu, jika nanti aku memintamu untuk mengirimkan selembar, dua lembar rupiah dengan nominal yang terbilang, karena saat ini aku masih merengek meminta untuk itu. Sekali lagi maafkan aku, aku tau karena kau harus memeras keringat untuk mendapatkan itu, akan tetapi aku minta dengan begitu saja, dan kau harus merelakannya. Aku berjanji akan kugunakan sebaik mungkin agar keringatmu yang kau curcurkan tidak sia-sia.
Tunggulah aku beberapa saat lagi aku dan kalian akan tersenyum dengan memakai baju hitam bertopi segi lima. Doakan aku lancar dan cepat meraihnya. Terlebih lagi untuk nanti aku mohon doamu untuk sekali lagi karena hidupku yang akan kulanjutkan ke masa yang kata orang adalah kehidupan nyata.
Kepada Bapak dan Ibu, dengan setulus hati, Ananda meminta restu...
Komentar
Posting Komentar