Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :) Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari. FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY
Generasi Milenial, Generasi Micin, Generasi soak, atau apalah sebutannya, kalian yang mendefinisikan, generasi yang kalian anggap sebagai generasi yang tak kuat, tak mampunan, dan tak se-emas generasi kalian, memang sih pada kenyataannya bisa jadi demikian, tapi itu semua tergantung dari pola asuh kalian, pola kalian mendidik anak kalian mau jadi seperti apa.
apa yang akan dihadapi oleh mereka adalah suatu hal yang sangat ngeri, bumu yang bisa dibilang akan hancur, persaingan yang ketat, dan tuntutan yang semakin tinggi, itu semua akan dihadapi oleh anak kalian kelak, jika sudah tumbuh dewasa, dan bekerja.
untuk kalian, aku harap ajarkanlah anak kalian untuk menekuni apa yang dia suka, apa yang dia inginkan, apa yang dia mau, tentu saja itu semua dalam konteks hal yang baik ya, jangan sampai anak anda ingin jadi perampok malah kalian dukung, ehehehe
dukunglah apa yang diinginkan anak anda sebgaimana mestinya, kata kerennya lah passion, kenapa? karna kalau anda tidak mendukung Passion anak, sudah dapat dipastikan, dan dapat saya garansi, anak anda tidak akan berkembang sebagaimana mestinya.
contoh yang nyata dari tidak maksimalnya potensi anak adalah saya.
ya, kalian ndak salah baca, contohnya adalah saya, karna keterbatasan ekonomi yang melilit keluarga saya, membuat saya sulit untuk mengembangkan apa yang saya inginkan, paling gampang, saya tidak pernah memiliki kamar pribadi sampai saat ini, tidak memiliki ruang sendiri untuk aku mengembangkan potensi diri yang harusnya bisa menjadi pegangan saya saat ini.
dari TK sampai perguruan tinggi, keluarga kami tidak pernah memiliki tempat tinggal dengan ruang tamu yang beneran ruang tamu, ruang tamu kami adalah ruang kerja bapak, sekaligus ruang penimpanan barang bapak, dan semua itu hanya kecil, ada satu meja, ya itu hanya bisa digunakan separo karna separonya ditumpuki barang bapak saya.
selain ini, kami tidak punya ruang pribadi, kamar kami pakai beramai-ramai, antara aku, ibu, dan kakak, untuk bapak biasanya tidur di kasur yang sejatinya sebagai tempat kumpul kami sewaktu senggang.
saya tidak bisa mengembangkan diri saya secara maksimal, saya sebenarnya suka menggambar, tapi dari sekian tahun saya hidup, barulah saat kuliah bisa menggambar dengan baik karena saya punya kamar sendiri, alias kamar kost. ketiadaan ruang dan tempat untuk saya mengekspresikan diri membuat saya hanya bisa mengikuti arus, saya hanya mengerjakan pelajaran semampu saya, dan apa yang saya perbuat, tentu saja adalah wujud dari kesibukan saya sebagai siswa.
semasa kecil aku tak pernah mendapatkan les, entah itu les musik, pelajaran, atau les apapun, pernah sewaktu kelas 6 SD tapi itu les pelajaran, bukan les untuk pengembangan diri. sedih? pasti! karna saya tidak bisa mengembangkan apa yang harusnya menjadi pegangan saya nanti, pola ketiadaan ruang berkembang untuk saya, membuat saya minder untuk menunjukan apa yang saya kerjakan, mulai SMA dan kuliah, saya rajin menggambar, akan tetapi hanya bagi saya sendiri, tak pernah untuk orang lain, saya lihat sendiri, karna saya takut untuk melihatkan para orang, karna takut untuk dicacat, maklum dulu saya belum bisa menerima kritik yang signifikan, akhirnya saya tidak berkembang, kemampuan saya tidak saya maksimalkan, dan hanya menjadi "Bakat terpendam"
kenapa saya menyuruh anda untuk mengembangkan potensi anak?
karna nanti, di masa depan, ijazah tidaklah begitu signifikan, tapi skill, dan kemampuan yang menentukan, masa sekarang saja, sudah banyak yang demikian, banyak loker yang mementingkan portofolio, daripada ijazah, karna ijazah hanya sebagai tanda kita pernah sekolah, bukan berpikir.
potensi yang dimiliki anak akan sangat berguna untuk masa depannya, kalau anak anda bisa menggambar, gembleng saja terus untuk dia menggambar, jangan patahkan cita-citanya sebagai seniman, dorong anak anda untuk produktif, karena PRODUKTIF ADALAH MENTAL!, itu nantinya jadi suatu yang berarti, mungkin saja anak anda nanti bisa jadi seniman, yang bisa menghasilkan uang dari potensi murninya, bukan dari paksaan orang tua menekuni sesuatu, karna kalau anda nanti tidak bisa mengkuliahan anak, anda bisa tenang karna anak anda punya potensi yang bisa dijual, yang bisa dihasikan, tinggal sedikit asah dan mampukan anak anda untuk mendapatkan koneksi. banyak kok sekarang anak SMA sudah berpenghasilan ratusan dolar karna bekerja sebagai freelancer di dunia maya, atau menerima order menggambar muka atau sebagianya.
selalu dukung anak anda untuk kegiatan positif, dan biarkan anak anda mengeksplorasi kemampuan diri dia, dan yang pasti, jangan sekali-kali membuat anak potong mimpinya.
kenapa?
karna banyak anak yang mimpinya dipotong keluarga, contoh?
Saya.
ya saya contohnya, lagi-lagi saya, karna saya ingin masuk DKV waktu itu, tapi tidak bisa karna uang yang kurang, akhirnya masuk D3 teknik informatika, untung saja bisa saya kejar materinya, karna otak ini lumayan encer untuk hal mengingat dan logika.
dan akhirnya saya selesai kuliah menjadi pekerja di suatu yayasan yang sebenarnya bukan ini mau saya. tapi ya gimana lagi, saya sudah terlanjur, dan saya harus memperbaiki ekonomi keluarga, jadi ya harus kuat-kuatkan diposisi ini.
bagi kalian yang syukur-syukur nih bisa kuliah sesuai keinginan kalian, manfaatkan apa yang kalian pelajari apa yang kalian tekuni, jangan cuma jadi ilmu lalu saja yang kalian tidak bisa pergunakan dengan bijak dan cuma hanya tersimpan di memori yang paling dalam.
nanti kalau anda sebagia orang tua, kalau mau mengkuliahkan anak, kuliahkanlah anak anda sesuai apa yang anak anda mau, bukan yang orang tua mau, kenapa? karna yang menjalani adalah anak anda, bukan anda. anda sebagai orang tua tidak tau bagaimana stressnya anak anda kalau tidak bisa mengikuti materi, atau anak anda tidak bisa mengerjakan soal dan tes ujian yang diberikan.
cukup percayakan anak anda, dan beri dia tanggung jawab yang harusnya dia emban, tidak perlu orang tua setir melulu, tidak perlu orang tua membuat anak terhambat untuk melangkah.
anda takut?
anak anda tidak bisa sukses?
ya itu tergantung dari bagaimana anda mengasuh anak anda, kalau anda mengasuh dengan pola yang baik, saya yakin deh, pasti bisa tuh anak anda menjadi orang yang baik, percaya saja anak anda mampu melewati apa yang harusnya dilewati, berikan support untuk tetap melakukan hal yang baik
apalagi di masa sekarang, anak itu manja-manja, ya karna kemudahan teknologi juga,
jadi bantulah anak anda untuk mengapai apa yang diinginkan, dan press anak anda untuk memilih dan menekuninya, kenapa? karna kalau kalian tak melakukan itu, anak jaman sekarang akan bingung mau jadi apa dia nantinya.
semoga kalian sedikit terbuka dengan apa yang saya tulis ini, sebenarnya banyak yang ingin saya tulis, tapi saya takut kalau terlalu lebar nanti topiknya.
intinya, tetaplah support anak untuk melakukan yang dia suka, jangan potong mimpinya ketika masuk kuliah, kalau tidak kuliah, setidaknya anak anda punya potensi yang bisa dijual untuk kedepannya.
thanks, selamat beraktivitas
Komentar
Posting Komentar