Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :) Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari. FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY
Hitam,
Kelam,
Jurang yang curam.
Begitulah saat ku bayangkan akan kepahitan.
Jika hatimu disinggahi kepahitan, maka atak ayal hidupmu akan penuh dengan kebencian, satu akar kepahitan yang Kau tanam dalam hatimu akan, bertumbuh satu batang rasa dengki, dan berbuah benci. Dia akan berbuah sesuai asupan pupuk kemarahan yang Kau tabur. Semakin sering Kau menyiraminya dengan umpatan, semakin gemuk pula batang kedengkian dan berbuah lebatlah kebencianmu.
Kelam,
Jurang yang curam.
Begitulah saat ku bayangkan akan kepahitan.
Jika hatimu disinggahi kepahitan, maka atak ayal hidupmu akan penuh dengan kebencian, satu akar kepahitan yang Kau tanam dalam hatimu akan, bertumbuh satu batang rasa dengki, dan berbuah benci. Dia akan berbuah sesuai asupan pupuk kemarahan yang Kau tabur. Semakin sering Kau menyiraminya dengan umpatan, semakin gemuk pula batang kedengkian dan berbuah lebatlah kebencianmu.
Begitu hitamnya hatimu jika kebencian yang kau tanam dalam disana kau pelihara dengan senangnya, membuat nuranimu mati, membuat hatimu tak sudi menerima kebaikan yang ada didepan mata.
Yah sudah mati hatimu, sudah mati jiwamu, terlalu busuk, dan danurnya kemana-mana.
Yah sudah mati hatimu, sudah mati jiwamu, terlalu busuk, dan danurnya kemana-mana.
Bak jurang yang dalam dan curam.
Sekali kau masuk dalam jurang kepahitan, maka tak akan ada cahaya yang mampu menembusnya, ia akan menutupi semua cahaya yang akan membantumu melihat. Kau buta, buta akan semuanya.
Sekali kau masuk dalam jurang kepahitan, maka tak akan ada cahaya yang mampu menembusnya, ia akan menutupi semua cahaya yang akan membantumu melihat. Kau buta, buta akan semuanya.
Kepahitan membuatmu mati terlebih dahulu, ia membuatmu mati rasa.
Sukmamu memang masih hidup, jantungmu memang masih berdegup, darahmu masih hilir mudik, dan nafasmu masih berirama seperti musik, tapi sejatinya Sukmamu hanya hidup sebatas dia mampu bergerak, mampu melaksanakan tugasnya, tanpa dia dihidupi jiwa yang ada didalamnya, tanpa memiliki rasa di dalamnya. Jadi tanpa susah-susah untuk melakukan tugasnya, jikalau malaikat penjemput menghampirimu, ia akan dengan mudah mencabut jiwamu. Karena tak ada yang menahannya untuk tetap tinggal didalam sukmanya, karna dia sudah tidak berguna. Mudah saja, tinggal angkut.
Sukmamu memang masih hidup, jantungmu memang masih berdegup, darahmu masih hilir mudik, dan nafasmu masih berirama seperti musik, tapi sejatinya Sukmamu hanya hidup sebatas dia mampu bergerak, mampu melaksanakan tugasnya, tanpa dia dihidupi jiwa yang ada didalamnya, tanpa memiliki rasa di dalamnya. Jadi tanpa susah-susah untuk melakukan tugasnya, jikalau malaikat penjemput menghampirimu, ia akan dengan mudah mencabut jiwamu. Karena tak ada yang menahannya untuk tetap tinggal didalam sukmanya, karna dia sudah tidak berguna. Mudah saja, tinggal angkut.
Komentar
Posting Komentar