Langsung ke konten utama

Featured post

Jathilan dan Corona yang Menghambat Akan Semuanya. (Tribute to FSTVLST)

          Sebelumnya, perkenankan saya untuk berterima kasih kepada FSTVLST atau Festivalist, yang mengadakan tugas ini, yang membuat saya ingat akan memiliki blog yang mana harus diperbaharui isinya untuk saat ini dan seterusnya, dan membangkitkan semangat nulis saya yang sayup-sayup mulai redup. saya ucapkan sekali lagi: Matur Nuwun :)     Sebelum masuk akan hal inti akan kerinduan saya dalam jathilan dan meratapi akan malangnya dunia ini, eh negara ini ding, yang masih bergulat dengan virus yang menghambat akan semuanya, termasuk dalam bersenang-senang dan berjathil ria, izinkan saya untuk menceritakan bagaimana saya mengenal akan ben (band) dari Kota Jogjakarta ini, yang sedikit banyak membantu saya dalam melewati masa remaja akhir hingga saat ini melalui lagu-lagu yang berdendang di telinga saya hari lepas hari.     FESTIVALIST - atau FSTVLST (dihilangkan huruf vokalnya), band yang saya kenal sejak 2013, 2014 awal, di saat saya dalam mobil teman dengan mendengarkan lagu dari JENNY

Untuk Ibu Ratna Sarumpaet, Sudahlah Istirahatlah, Nikmati usia senjamu.

Halo ibu pejuang kebenaran, saya salut akan adanya pengakuan ibu soal wajah memar yang anda dapati, meski ini adalah suatu kebohongan publik yang tergolong besar, saya salut pada ibu yang mau mengaku kalau itu adalah suatu kebohongan dalam upaya menjatuhkan kubu lawan.

semoga ibu dalam keadaan sehat untuk sekarang dan seterusnya, semoga karna kejadian ini, ibu tidak menjadi target pemukulan yang sebenarnya, karna ibu sudah membohongi kami semua, Se-Indonesia, bukan lagi se-RT atau cuman dalam lingkup RW, semoga ibu dalam lingungan Tuhan Yang Maha Oke, karna di luar sana pasti banyak orang yang tidak suka dengan kelakuan ibu, yang pastinya geram, dan akan muram setiap lihat wajah ibu di layar kaca.

Untuk Ibu Ratna Sarumpaet

,

sudahlah bu, ibu itu kan seniman, seni peran lagi, sudah saatnya ibu membimbing para pemula dalam teater untuk berperan dengan baik, bukannya berperan untuk membohongi publik, membimbing kebencian untuk datang, dan menggodok rasa iba bagi yang dipihak anda.

sudahlah Bu, jangan kau nodai dirimu sendiri dengan mencelupkan diri ke air keruh politik yang terjadi saat ini, ya saya paham ibu adalah aktivis dimasa muda, Ibu getol meneriakkan HAM untuk Marsinah, sampai Ibu juga membentuk organisasi untuk meneriakan turunnya Soeharto semasa itu, ibu juga dulu pernah diliput dalam film dokumenter yang digarap untuk mengabadikan perjalanan Ibu meneriakkan HAM? yang dimana itu diputar di Perancis dan di Jerman? keren sekali saya akui, mana lagi ibu membuat buku soal pluralisme dan toleransi, harusnya ibu juga mengamalkan apa yang ibu buat, apa yang ibu pikirkan, bukan menghianati hasil pemikiran ibu sendiri, hanya demi eksistensi.

saya paham, jiwa pemeberontak ibu masih hilir mudik di dalam tubuh ibu, tapi kenapa untuk masa sekarang, masa damai, ibu yang membuat gaduh dan ramai? ibu malah membuat semuanya semakin keruh, semenjak pilgub Jakarta lalu, saya pribadi tidak suka dengan keberadaan ibu di TV. kenapa? karna statement ibu yang terkadang miring dan begitu kontoversial, dan ibu waktu kapal karam yang evakuaisnya dihentikan karna keterbatasan alat dan dana, ibu malah marah-marah kepada petugas, ibu mengatakan kalau semua jenazah itu perlu diangkat bagaimanapun caranya, dan meremehkan kalau menyelam dikedalaman ratusan meter, adalah hal yang mudah, maklum saja ibu pernah di curigai dan ditangkap di Hotel Jakarta karena ibu dianggap bergabung dalam organisasi yang akan mengkudeta pemerintahan Presiden Jokowi, karna menurut saya, ibu terlalu gegabah untuk melakukan hal yang tidak baik dan terkesan arogan.

Bukanya saya ini pro pemerintah bu, saya netral, bahkan saya pun bukan warga Jakarta, saya hanya dari desa kecil di daerah Jawa Tengah bu, saya bukan memihak pemerintah, tapi setelah saya telaah dengan akal sehat saya, bahwa pemerintah sekarang sudah lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, dolar naik, tapi harga masih terbilang stabil, dan motor saya masih bisa beli BBM Pertalite dengan lancar jaya, tapi kenapa ibu ini tidak mau mengalah? ibu masih saja kekeh untuk "mengkudeta" dengan cara ibu yang dimasa damai sekarang ini, ibu berusaha menjatuhkan citra pemerintah saat ini dengan mengungah gambar ibu yang sedang memar karena operasi plastik, dengan penanda bahwa ibu habis dipukuli oleh 3 orang pendukung Jokowi di bandara, sungguh bu, pertama lihat, ya saya kasihan jika itu benar adanya, saya juga akan mengutuk mereka pelakunya seperti orang yang memukuli suporter Persija kemarin, karna tidak ada yang bisa dibenarkan tindakan memukuli ibu-ibu berusia hampir 70 tahun hanya karna beda opini. tapi pada kenyataannya ibu berbohong dan itu menciderai kepercayaan kami kepada ibu, yah walaupun kepercayaan kami sudah hilang saat saat ibu mengeluarkan statment yang tidak baik.

Untuk Ibu Ratna Sarumpaet, kenapa ibu tidak mendalami seni peran lagi saja? secara, ibu kan lebih paham soal itu, ibu pernah di masa Indonesia sedang genting, dan ibu menggunakan seni sebagai senjata ibu mengkudeta, itu jauh lebih terhormat dari pada ibu harus riwa-riwi untuk ngomong sana-sini soal kebenaran. Ibu bisa berbagi pengalaman kepada mahasiswa yang ingin menggunakan teater untuk menyuarakan isi hati mereka, biar tidak salah kaprah seperti yang terjadi kemarin, kalau ada mahasiswa yang melakukan demo teatrikal di jalan Asia Afrika Bandung yang kelewat batas, nah lebih baik ibu membimbing mereka untuk membuat teatrikal yang lebih baik dan lebih beradap, itu saran saya bu.

saya menulis opini ini jujur dengan sedikit riset saja, saya tidak kenal ibu, saya tidak punya kepentingan dengan ibu, saya cuman mencurahkan isi pikiran saya soal ibu, ibu yang dulunya gagah melawan pemerintah untuk menegakan HAM, ibu yang dulunya idealis melawan pelanggaran HAM, saya apresiasi itu bu, serius.

semoga untuk kedepannya ibu tidak membuat berita yang bukan-bukan lagi, karena ini sudah cukup menghilangkan rasa kepercayaan kami kepada ibu, ibu itu seperti Atta Halilinar yang suka bikin click bait, bedanya ibu dibidang politik, dan Atta dibidang hiburan, semoga ibu sehat-sehat saja ya, sampai-sampai Fadli Zon dan Prabowo termakan clickbait ibu, luar biasa bu, hasil teatrikal ibu begitu sempurna, salut!

Untuk Ibu Ratna Sarumpaet,

Bu, lebih baik Ibu menikmati usia senja ibu untuk bersantai, mengadakan workshop tatrikal yang baik atau semacamnya lah, nikmati saja usia senja ibu dengan bersantai, meregangkan otot di leher, santai seperti dipantai, menebarkan kebaikan, dan yang pasti, berguna bagi masyarakat sekitar.
Terima kasih, Salam damai Bu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jatuh dalam Hidup Bukan Alasan Untuk Runtuh, Tapi Justru lebih Tangguh!

Jatuh memang sakit dikala kaki sedang baru belajar tumbuh. Akan tetapi, kapan kamu akan belajar berjalan jika kau sudah takut akan jatuh, jatuh memang sakit, akan tetapi apa artinya sakit jika kita akan merasa lebih kuat jika nanti berhasil berdiri? Memang sih, jatuh akan menimbulkan luka. Maka dari itu ingatlah luka itu, supaya kamu jangan bodoh untuk membuat luka yang sama. Apa lagi di tempat yang sama, itu bodoh sekali namanya. Luka yang ada memang bisa mengering dan sirna, tapi bekasnya akan ada pada diri kita, apa lagi ingatan kita, kita ini bukan koi yang ingat cuma tiga detik saja, kita adalah manusia yang ingatanya ber-tera-tera, jadi sebisalah kau jangan sampai terjatuh kepada hal yang sama, apa lagi membuat luka di tempat yang sama, kuingatkan, itu bodoh sekali namanya. Bodoh . Jangan jatuh ke dalam hal buruk yang sama pada setiap periode yang tertata, itu tolol namanya. Kuingatkan lagi, itu tolol namanya. Memang sih dalam godaannya, hal buruk itu membutak

Untukmu Saudaraku Sebangsa Indonesia, Politik Bukan Agama Kita

Apa kabar saudaraku? Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja dan selalu dalam sertaan-Nya. Saudaraku yang baik, apakah akhir-akhir ini kau merasa terganggu oleh karena aku yang mungkin tak sepaham? Apakah kau mengganggapku sebagai pengkhianat? Apakah kau merasa aku bukan saudara sebangsamu lagi? Baiklah saudaraku, mari kita duduk sejenak dan berbicara. Indonesia adalah negara besar saudaraku, jangan kau mengganggap hanya sebesar RT dan RW yang kau tempati, atau sejangkauan media sosial yang kau hinggapi. Indonesia ini luas saudaraku, banyak orang yang ada di bumi Indonesia ini, banyak macam orang, kebudayaan, ras, suku, dan agama yang mungkin berbeda dan mungkin asing bagimu. Jangan kau menjadikan kepercayaanmu terlalu kuat, bahkan terlampau erat, sehingga kau mengajak semua orang untuk sepaham dan senada dengan warnamu. Ini bukan soal aku yang benar dan aku yang salah, tetapi soal bagaimana kau hidup bak orang yang percaya akan adanya kepercayaan, yaitu agama. Ind